“TRAGEDI BANCI KALEN” BABAK I Fade in: Siluet sepasang muda mudi yang saling bercengkrama. Saling goda dan saling peluk. Kemudian duduk bersama,.. mesra sekali. Fade out: Fade in : Setting panggung : Panggung menggambarkan jalanan pinggir kali. Ada warung yang terdiri dari meja dan kursi seadanya. Ada penjual dan seorang pembeli yang sibuk membaca koran sambil menikmati kopi yang telah disuguhkan oleh penjual. Dua orang perempuan lewat, salah satu di antaranya menggendong bayi. Mereka berjalan tergesa. Tini : “seretno gendongan sampeyan yu… ojok sampek Dewik ucul teko gendongan sampeyan… seretno yu….” Siti : “ iyoyo.. ono opo seh?” Tini : “ wes talah pokoke seretno gendongan sampeyan. Dewik gendongen mburi ae.. kene tak ewangi yu..” Mereka berdua sibuk untuk membetulkan gendongan. Sang bayi dipindah ke belakang. Kemudian mereka melanjutkan berjalan lagi dengan cepat. Setelah berjalan, tini meminta siti untuk berhenti. Tini langsung menunjuk ke arah pinggiran kali tempat suami siti dan
di dadaku adalah anak-anak malaikat yang berputar di sungai itu. jernih airmatanya jernih. di pahaku adalah seorang petani yang tak henti-hentinya ke sawah membajak langit tergelak. di vaginaku adalah sudut tak berguna dimana ulat-ulat terbunuh mati dan ngilu. di rahimku adalah selembar daun kering mati. di matamu adalah lidah-lidah api yang siap hanguskan daun hatiku, langit bergelak mengundang badai. basah dan sangit. di mataku adalah angin " aku mencintaimu, jadi jangan nikahi aku, lelaki!"